Oleh: Adi Chandra Gutama
(Pimpinan Redaksi Akar Post)
Lampung. Ungkap.id,-Perkembangan teknologi ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, ia membawa kemudahan, efisiensi, dan berbagai peluang positif. Namun di sisi lain, jika tidak disikapi dengan bijak, ia dapat menjadi ancaman serius bagi masyarakat. Salah satu dampak yang paling mengkhawatirkan dari era digital saat ini adalah maraknya praktik judi online khususnya slot digital yang menggerogoti mental dan finansial masyarakat.
Teknologi semestinya menjadi alat pemberdayaan. Namun sayangnya, kurangnya literasi digital membuat banyak orang terjebak dalam penyalahgunaan teknologi. Internet dan gawai yang awalnya ditujukan untuk produktivitas dan edukasi kini justru menjadi gerbang menuju hiburan instan yang destruktif, termasuk judi online.
Perkembangan pesat internet membuat siapa pun kini bisa mengakses informasi dan layanan online dengan sangat mudah termasuk layanan judi. Penyedia judi online memanfaatkan berbagai platform digital, terutama media sosial, untuk menjangkau calon korban dari berbagai usia, latar belakang, dan lokasi. Generasi Z, yang dikenal sebagai iGeneration, menjadi kelompok yang paling rentan terhadap paparan ini.
Sebagai generasi yang lahir dan tumbuh di era internet, Gen Z memiliki kecakapan digital yang tinggi. Mereka menjalani kehidupan yang tidak bisa dipisahkan dari dunia maya, termasuk media sosial. Karakter mereka yang gemar akan sesuatu yang instan dan tak berbelit-belit menjadikan mereka sasaran empuk iklan judi online yang kerap menjanjikan iming-iming keuntungan cepat tanpa usaha.
Yang lebih memprihatinkan, akses yang begitu mudah tidak disertai dengan pemahaman akan risiko yang ditimbulkan. Anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa banyak yang terjerumus dalam permainan slot online, tanpa sadar bahwa sistem permainan ini memang dirancang untuk menimbulkan kecanduan.
Efek suara yang menggoda, grafis menarik, serta trik near miss (hampir menang) menciptakan ilusi kemenangan palsu. Pemain terdorong untuk terus bermain dan mengeluarkan uang, hingga akhirnya kehabisan sumber daya.
Namun kerugian dari judi online bukan hanya soal uang. Lebih dari itu, ia merusak kesehatan mental dan hubungan sosial. Banyak kasus menunjukkan bahwa kecanduan judi bisa memicu depresi, kecemasan, bahkan bunuh diri. Keluarga pun ikut menjadi korban mulai dari konflik rumah tangga, kekerasan domestik, hingga kehancuran ekonomi.
Di tingkat sosial, judi online memperlebar jurang ketimpangan. Mereka yang terlilit utang bisa saja nekat melakukan tindakan kriminal seperti penipuan atau pencurian demi menutup kerugian. Ironisnya, anak-anak dan remaja yang seharusnya fokus pada pendidikan justru menjadi sasaran gencar iklan judi yang menyamar dalam berbagai bentuk konten media sosial.
Saatnya Bertindak Bersama
Pemerintah memang telah berupaya memblokir situs-situs judi online. Namun langkah ini belum cukup efektif. Pelaku industri judi kerap berpindah ke domain baru atau menyelipkan praktik mereka lewat aplikasi terselubung.
Oleh karena itu, perlu ada langkah nyata dan kolaboratif:
1. Edukasi massif mengenai bahaya judi online, dimulai dari lingkungan sekolah, kampus, hingga komunitas masyarakat.
2. Penguatan regulasi yang menyasar penyedia platform judi, serta kerja sama erat dengan penyedia layanan internet (ISP) untuk deteksi dan blokir otomatis.
3. Penyediaan layanan rehabilitasi bagi korban kecanduan, mencakup pendampingan psikologis dan pelatihan ekonomi.
4. Peningkatan peran keluarga dalam mengawasi penggunaan gadget, serta kemampuan mendeteksi tanda-tanda kecanduan sejak dini.
Menutup dengan Kesadaran
Teknologi adalah keniscayaan, tapi bagaimana kita menyikapinya akan menentukan apakah ia menjadi berkah atau malapetaka. Judi online hanyalah satu dari sekian banyak bentuk penyalahgunaan teknologi digital. Jika tidak ada upaya serius dan kolektif untuk mengendalikan penyebarannya, kita akan menyaksikan kehancuran generasi muda—bukan karena kekurangan akses, melainkan karena ketidaksiapan dalam mengelolanya.
Mari bersama jadikan teknologi sebagai alat kemajuan, bukan penghancur masa depan. Literasi digital dan kepedulian bersama adalah kunci.(rls)
Social Footer